Tulisan ini membahas hasil penelitian tentang efektivitas penggunaan diferensiasi produk pada asesmen formatif yang di uji cobakan di SMP N 1 Surakarta. Diferensiasi produk merupakan salah satu penerapan dari konsep prinsip pembelajaran berdiferensiasi di mana produk pembelajaran yang dihasilkan bisa divariasikan dan dikreasikan sesuai dengan capaian pembelajaran, kemampuan, bakat, minat, dan potensi siswa. Pada asesmen formatif pembelajaran menulis teks prosedur, peserta didik dapat memvariasikan produk teks yang dihasilkan dalam bentuk yang berbeda-beda seperti teks yang diunggah pada blog pribadi atau konten di media sosial media, gambar digital, tayangan atau video, maupun audio seperti podcast. Selain mengakomodasi tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik, diferensiasi produk dapat menjadi alternatif asesmen formatif pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21 karena membebaskan peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan, keterampilan, bakat, minat, dan potensinya dengan pelibatan teknologi untuk menjadi individu yang bermutu dan mampu bersaing di abad 21 serta menjadi sumber daya yang unggul menuju Indonesia emas 2045.
Asesmen Formatif
Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam mencapai keberhasilan potensi bonus demografi Indonesia menjadi the window of opportunity sebagai negara maju. Kunci untuk membawa Indonesia menuju era Indonesia emas 2045 adalah pembangunan sumber daya manusia dan kualitas pendidikan. Sebagai abad keterbukaan (era of oppeness), abad-21 ditandai dengan ciri adanya gelombang teknologi informasi yang berkembang pesat dan kompleks karena saat ini dunia bergerak dari ekonomi industri ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge of work) yang mana memerlukan upaya dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia melalui kegiatan pembiasaan diri untuk memenuhi tuntutan di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.
Perubahan ini menuntut adanya paradigma baru pada dunia pendidikan yakni pendidikan abad 21 yang memiliki peran utama yaitu menyiapkan peserta didik agar dapat bersaing di dalam dunia kerja dengan cara melatih serta mengembangkan bakat dalam setiap diri peserta didik. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan juga harus beracuan pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai landasan filosofis pendidikan yang mana peserta didik harus dididik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya sehingga muncul konsep pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Dalam proses pembelajaran yang memerdekakan, peserta didik diberi kebebasan ruang untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan potensinya.
Suatu hal yang dikedepankan dalam abad 21 adalah sumber daya manusia yang bermutu, maka dari itu sebagai tenaga pendidik dapat lebih aktif untuk memberdayakan teknologi yang berkembang. Guru dalam abad 21 diharapkan dapat merancang sebuah pembelajaran yang sifatnya inovatif guna membuat suasana pembelajaran di ruang kelas menjadi nyaman dan tenang, serta agar para siswa dapat lebih mudah dalam mewujudkan cita-citanya untuk pembaharuan di dunia pendidikan dan mampu bersaing di ranah internasional. Proses pembelajaran paradigma baru dilakukan melalui rangkaian siklus yang dimulai dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses, dan perencanaan asesmen. Setiap proses perencanaan pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap capaian dan karakteristik peserta didik, termasuk perencanaan asesmen. Asesmen atau penilaian merupakan upaya untuk mengumpulkan dan mengolah informasi dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan belajar, perkembangan dan capaian atau hasil belajar peserta didik. Salah satu jenis asesmen yang dilakukan dalam pembelajaran yakni asesmen formatif yang termasuk ke dalam jenis assessment for learning. Pada pembelajaran paradigma baru, pendidik diharapkan lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh rekan sejawat selama PPL I di SMP Negeri 1 Surakarta, pemberian asesmen formatif terhadap peserta didik masih ditemukan beberapa ketidaksesuaian antara komponen asesmen dengan tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik serta konsep pendidikan abad 21 dan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perencanaan asesmen formatif harus disesuaikan kembali dengan menggunakan prinsip pembelajaran berdiferensiasi, khususnya diferensiasi produk yang dinilai sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik serta konsep pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Tahap perkembangan peserta didik untuk jenjang SMP yakni usia 11-15 tahun termasuk ke dalam tahap operasional formal yang mana pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran, bukan hanya tentang berpikir tentang pengalaman konkret, melainkan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis (Nainggolan & Daeli, 2021). Selain itu, berdasarkan hasil observasi, karakter peserta didik kelas 7A SMP Negeri 1 Surakarta yaitu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda: 43% kinestetik, 30% visual, 17% auditori. Siswa juga memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda pula yaitu menggambar, menulis, menonton film, bermain game, menyanyi, membaca novel dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh rekan sejawat PPL I di SMP Negeri 1 Surakarta, pemberian asesmen formatif pada pembelajaran menulis Teks Prosedur di kelas 7A belum sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik dan belum mengakomodasi gaya belajar, bakat, dan minat peserta didik. Pada pelaksanaannya, siswa hanya diperintahkan untuk membuat teks prosedur dalam bentuk tulisan di buku tugas masing-masing yang mana, selain tidak sesuai dengan tahap perkembangan serta karakter peserta didik, juga tidak mengadopsi prinsip pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan konsep penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka memfasilitasi minat dan bakat siswa dalam kelas dengan kebutuhan dan kemampuan yang beragam (Susila & Arysuari, 2023). Dalam pembelajaran berdiferensiasi setidaknya ada 3 jenis diantaranya: 1) diferensiasi konten; 2) diferensiasi proses; 3) diferensiasi produk (Maryam, 2021). Diferensiasi produk yaitu diferensial dari segi produk pembelajaran yang dihasilkan peserta didik untuk ditunjukkan pada guru dengan catatan produk tersebut harus mencerminkan pemahaman siswa yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan (Swandewi, 2021).
Selain itu, diferensiasi produk merupakan salah satu upaya untuk menegakkan prinsip pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21. Pembelajaran yang memerdekakan peserta didik merupakan konsep yang mengusung pemikiran Ki Hadjar Dewantara yakni peserta didik harus dididik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Pembelajaran yang memerdekakan peserta didik berarti memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk menumbuh-kembangkan kemampuan siswa untuk menjadi manusia bermutu yang mampu bersaing di abad 21, khususnya kompetensi 4C yakni Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama) (Sidabutar, et al., 2022).
Hal ini sejalan pula dengan pendapat Puspa, et al. (2023) yang menyatakan bahwa pada era abad-21 ini membutuhkan sumber daya manusia dengan keterampilan, keahlian, dan kreativitas yang tinggi. Adapun Trilling & Fadel (dalam Puspa, et al., 2023) menyebutkan pula dua rangkaian keterampilan penting yang perlu dikuasai setiap individu dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan era abad-21 yaitu kemampuan dalam memperoleh dan mengaplikasikan pengetahuan baru, serta memiliki pengetahuan untuk mengaplikasikan keterampilan abad ke-21 yang esensial dalam memecahkan masalah, berkomunikasi, kerjasama atau kolaborasi, memanfaatkan teknologi, dan berinovasi. Untuk memenuhi kebutuhan keterampilan tersebut proses pendidikan harus menyiapkan peserta didik yang memiliki skills dalam belajar dan berinovasi, keterampilan memanfaatkan teknologi, komunikasi, dan media informasi. Serta dapat bekerja dan beradaptasi dengan menggunakan keterampilan dalam bertahan hidup atau life skills.
Pada proses pembelajaran menulis Teks Prosedur di kelas 7A, diferensiasi produk bisa diterapkan sebagai alternatif jenis asesmen formatif. Produk yang dihasilkan siswa tidak harus berupa tulisan di kertas atau di buku tugas masing-masing. Guru dapat membebaskan siswa untuk membuat teks teks prosedur dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing, misalnya: teks prosedur dapat diketik dan dipublikasikan di blog pribadi atau konten di sosial media, diwartakan dalam bentuk video yang bisa diunggah ke YouTube atau akun sosial media masing-masing, divariasikan dalam bentuk poster dan dihias dengan gambar yang mendukung atau relevan dengan isi melalui canva atau aplikasi editing lainnya, atau disiarkan dalam bentuk podcast digital. Setelahnya, produk yang dihasilkan dapat tersimpan untuk jangka panjang atau bahkan bisa menjadi bagian dari portofolio peserta didik. Dengan demikian, maka proses pemberian asesmen formatif pada pembelajaran menulis teks prosedur di kelas 7A sangat sesuai dengan tahap perkembangan operasional formal peserta didik serta mengakomodasi kebutuhan peserta didik berdasarkan gaya belajar, bakat, minat, dan potensi masing-masing peserta didik.
Selain itu, diferensiasi produk pembelajaran yang sudah disebutkan di atas sangat relevan dengan konsep pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21. Peserta didik dapat secara maksimal menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam berkreasi dan berinovasi yang mana dua kemampuan ini sangat dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja. Keterlibatan teknologi juga sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pengembangan kemampuan peserta didik mengingat mereka bisa disebut sebagai generasi z atau gen z. Mansur & Ridwan (2022) menyebutkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang sangat melek terhadap teknologi atau net generation dan telah akrab dengan keberadaan teknologi yang berkembang pesat. Platform seperti YouTube, Spotify, Tiktok, Instagram, Canva, WhatApp dan lain sebagainya akan sangat disenangi oleh peserta didik di era terkini. Pelibatan teknologi dalam pembelajaran dikenal dengan istilah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Hal ini sesuai dengan pernyataan Armyati (2022) bahwa pembelajaran di abad 21 memiliki karakteristik yaitu penggunaan teknologi digital dan teknologi baru yang sangat masif.
Diferensiasi Produk
Asesmen formatif merupakan salah satu jenis asesmen yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Asesmen formatif utamanya perlu disesuaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, tahap perkembangan, dan karakteristik peserta didik. Asesmen formatif materi teks prosedur di kelas 7A sudah dilakukan dan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hanya saja tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyesuaian. Diferensiasi produk merupakan salah satu penerapan dari konsep prinsip pembelajaran berdiferensiasi di mana produk pembelajaran yang dihasilkan bisa divariasikan dan dikreasikan sesuai dengan capaian pembelajaran, kemampuan, bakat, minat, dan potensi siswa. Pada asesmen formatif pembelajaran menulis teks prosedur, peserta didik dapat memvariasikan produk teks yang dihasilkan dalam bentuk yang berbeda-beda seperti teks yang diunggah pada blog pribadi atau konten di media sosial media, gambar digital, tayangan atau video, maupun audio seperti podcast. Selain mengakomodasi tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik, Diferensiasi produk dapat menjadi alternatif asesmen formatif pembelajaran yang memerdekakan peserta didik pada pendidikan abad 21 karena membebaskan peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan, keterampilan, bakat, minat, dan potensinya dengan pelibatan teknologi untuk menjadi individu yang bermutu dan mampu bersaing di abad 21 serta menjadi sumber daya yang unggul menuju Indonesia emas 2045.
Referensi
- Armiyati, L., & Fachrurozi, M. H. (2022). Technological pedagogical content knowledge (TPACK) calon guru di Tasikmalaya. JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia), 9(2), 164-176.
- Mansur, A., & Ridwan, R. (2022). Karakteristik siswa generasi z dan kebutuhan akan pengembangan bidang bimbingan dan konseling. Educatio, 17(1), 120-130.
- Maryam. (2021). Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi. Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi.
- Nainggolan, A. M., & Daeli, A. (2021). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implikasinya bagi Pembelajaran. Journal of Psychology" Humanlight", 2(1), 31-47.
- Puspa, C. I. S., Rahayu, D. N. O., & Parhan, M. (2023). Transformasi Pendidikan Abad 21 dalam Merealisasikan Sumber Daya Manusia Unggul Menuju Indonesia Emas 2045. Jurnal Basicedu, 7(5), 3309-3321.
- Sidabutar, M., Budiningsih, C. A., & Suyantiningsih, S. (2022). Model Pembelajaran yang Memerdekakan untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Bantul. Epistema, 3(1), 18-26.
- Susila, I. K. D., & Aryasuari, I. G. A. I. (2023). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Pengajaran ESP Dalam Kemerdekaan Belajar. Widya Balina, 8(1), 585-592.
- Swandewi, N. P. (2021). Implementasi strategi pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran teks fabel pada siswa kelas vii h smp negeri 3 denpasar. Jurnal pendidikan deiksis, 3(1), 53-62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar