(Guru Bahasa Indonesia SMKN 5 Surakarta - Jawa Tengah)
Edisi: Vol. 2 No. 3 Mei - Agustus 2022
Albert Einsten pernah berkata bahwa ada sekolah hewan yang isinya ada beragam jenis hewan seperti ikan,monyet, kuda,jerapah. Pada pembelajaran memanjat, ikan akan merasa bodoh karena dia tidak bisa memanjat,padahal dia jago berenang. Pada pelajaran berenang, monyet akan merasa bodoh karena dia tidak bisa berenang tapi jago memanjat. Begitu pula pada pelajaran terbang, berlari dan lain-lain. Dari kisah sekolah hewan ini dapat diambil kesimpulan kita tidak bisa mensama ratakan potensi dan proses belajar setiap anak. Karena setiap anak mempunyai potensi sendiri-sendiri dan cara belajar yang berbeda-beda. Dewasa ini berkembang istilah “gaya belajar” yang dipopularkan oleh Walter Burke Barbe (codemi.co.id).
Gaya belajar sendiri memiliki arti bahwa setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memahami suatu pelajaran. Ada tiga jenis gaya belajar yaitu gaya audio,visual dan kinestetik. Gaya Belajar Visual merujuk kepada orang-orang yang mudah memahami pembelajaran dengan cara melihat, mengamati dan membaca. Ciri anak yang memiliki tipe ini diantaranya adalah dia senang melihat obyek yang dipelajari, maka tak heran jika anak yang bertipe visual senang duduk di depan,menulis materi yang ada di papan tulis, memahami grafik atau gambar secara visual. Gaya belajar yang kedua adalah gaya belajar Auditori, orang yang memiliki tipe ini memiliki kecenderungan untuk memahami pelajaran dengan mengoptimalkan indera pendengaran. Siswa dengan gaya belajar ini akan mudah memahami pelajaran dengan media suara. Bisa berupa siswa suka mendengarkan penjelasan gurunya, membaca atau mengerjakan tugas dengan mendengarkan musik, membaca buku dengan bersuara. Yang ketiga adalah gaya belajar kinestetik. Siswa dengan tipe ini mudah melakukan pembelajaran dengan cara bergerak atau menyentuh barang yang dia pelajari, mempraktekan, mendemonstrasikan apa yang dipelajari.
Setiap anak didik berbeda
Carol A. Tomlinson (kemendikbud,2021) melalui bukunya yang berjudul, “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms” mengenalkan bahwa dalam mengajar. seorang guru haruslah memahami perbedaan yang ada disetiap anak didiknya. Mulai dari perbedaan gaya belajar, karakter, minat dan potensi setiap anak. Karena setiap anak itu unik dengan karakteristik yang ada padanya, maka seorang guru sudah sepantasnya memahami kelebihan dan kekurangan tiap anak. Pembelajaran diferentif diharapkan dapat menciptakan kelas yang penuh akan rasa toleransi karena beragamnya karakter, kemampuan, gaya belajar dan minat pada setiap anak. Dalam sub materi literasi misalnya,guru dapat membagi tugas literasi sesuai dengan kemampuan anak. Ada anak yang bisa memahami bacaan yang berat, sedang atau ringan. Jika anak diberi tugas sesuai dengan kemampuannya, maka tidak akan terbebani dan bisa merasa senang dengan proses pembelajaran.
Membentuk karakter yang berempati
Pembelajaran berdiferensiasi juga bisa membuat anak memiliki rasa empati kepada temannya. Misal, ada anak “A” yang pandai di mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapakan juga mau membantu temannya si “B” yang tidak pandai di mapel Bahasa Indonesia, misal di mata pelajaran Bahasa Asing si “A” tidak begitu memahami materi bisa dibantu dengan si “B” yang lebih memahami. membantunya si “A” ke “B” dan begitu sebaliknya juga membentuk karakter anak. Karakter anak yang diharapkan bangsa ini adalah anak yang memiliki karakter yang religius, jujur, toleransi, displin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air.(Assidqi, 2015)
Pendidikan karakter sendiri terdiri atas empat ruang lingkup, yakni olah pikir,olah hati,olah raga,dan olah rasa/karsa. Olah pikir terdiri atas cerdas, kritis, inovatif, ingin tahu,berpikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks dan reflektif. Olah hati terdiri atas sikap jujur, amanah, adil, bertanggungjawab, berempati, berani, mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, berjiwa patriotik. Olah raga memiliki arti bersih, setia, disipilin, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, deferentif, kompetitif, ceria, gigih. Keempat, yang dimaksud dengan olah rasa adalah ramah, saling menghargai, toleransi,peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolitan, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan produk dan bahasa Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja.
Dengan adanya pendidikan berdiferensiasi yang diterapkan di kurikuum merdeka saat ini, harapnya para guru dapat mendidik anak bangsa menjadi anak bangsa yang berkarakter. Sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Referensi
- Codemi Publication. 2021. “Learning and Development, Gaya Belajar : Visual, Auditori dan Kinestetik” ., https://codemi.co.id/gayabelajar.....
- Kemendikbud. 2021.Naskah Akademik Prinsip PengembanganPembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction). Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka Belajar
- Assidiqi, Hasby.2015. Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar