Selasa, 10 Januari 2023

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT BINA INSAN THOYIBAH SURAKARTA

Oleh: Ani Saul Mutmain'nah
(Guru Kelas SDIT Bina Insan Thoyibah Surakarta, Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 3 No. 2 Januari - April 2023

Menurunnya karakter siswa Indonesia semakin marak terjadi. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerhati pendidikan. Hampir semua pemberitaan tak lepas dari anak remaja atau siswa melakukan tindak kekerasan dan kriminal. Pemberitaan kekerasan dan kriminal yang viral dibicarakan akhir akhir ini pun menambah kelam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, tindakan kekerasan dan kriminal ini terjadi di lingkungan sekolah. Soejanto Sandjaja (2018) dan Azyumardi (2020)menegaskan bahwa fenomena bangsa saat ini menunjukkan moralitas generasi bangsa semakin mengkhawatirkan.  Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2022 lalu mengatakan ada 2.133 kasus yang berupa kejahatan seksual pada anak, pornografi, kejahatan siber, serta kasus kekerasan fisik dan psikis. 

Sementara data data Asesmen Nasional Kemendikbudristek tahun 2023 terdapat 34,51 persen siswa berpotensi menjadi korban bahkan pelaku kasus kekerasan dan kriminal seperti tindakan tidak bermoral seperti, menipu, berbohong, mencuri, berkata kasar, dan kotor, merusak milik sekolah, membolos, membully, mengertak, dan menimbulkkan keributan di sekolah. Bahkan tindakan asusila, kekerasan, dan kriminal sering terjadi di dunia pendidikan. 

Gerakan nasional pembangunan karakter bangsa harus selalu digaungkan. Misalnya, lima karakter bangsa yang harus diterapkan adalah bermoral, berakhlak, berperilaku baik, cerdas, rasional, inovatif, semangat, solutif, dan patriot sejati yang dikemas dalam pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Penguatan pendidikan karakter dapat menumbuhkan karakter yang baik. Dengan pendidikan karakter secara berkelanjutan diterapkan atau di dalam modul ajar akan meningkatkan karakter siswa. Senada dengan pendapat di atas,  Mustofa (2018) menyampaikan SDIT Bina Insan Thoyibah Surakarta melakukan pembiasaan budaya positif enam pilar sebagai pendidikan karakter dalam pembelajaran, misalnya kerukunan, kekompakan, kerjasama, kejujuran, amanah, dan sederhana. Enam pilar ini menjadi wujud penanaman pendidikan karakter seperti saat siswa berbaris sebelum pembelajaran, kantin kejujuran, sholat Dhuhur berjamaah, tahfidzul quran, infaq rutin setiap Jumat, dan lainnya. Dengan mengimplementasikan enam pilar pendidikan karakter ini mampu menumbuhkan dan meningkatkan pendidikan karakter siswa SDIT Bina Insan Thoyibah Surakarta.

Referensi:

  • Soejanto, S.(2018). Pendidikan Moral di Sekolah belum dilaksanakan secara efektif. Harian Kedaulatan Rakyat, 22 September 2023.
  • Azyumardi. (2000). Renaisans Islam Asia Tenggara : Sejarah Wacana Dan Kekuasaan ( - 2). Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Mustofa, M (2018). Skripsi. Penerapan 6 Pilar karakter dalam Mata pelajaran PAI pada siswa di SDIT Bina Insan Thoib.
  • https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pengawasan-perlindungan-anak-di-masa-transisi-pandemi-pengasuhan-positif-anak-indonesia-terbebas-dari-kekerasan
  • https://www.dewantaranews.com/nasional/89910726272/survei-asesmen-nasional-3451-persen-peserta-didik-mengalami-kekerasan-seksual?page=2 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...