(Guru Matematika SMAN 6 Surakarta - Jawa Tengah)
Satu kata apa yang ada di dalam pikiran siswa jika disebutkan kata 'matematika' ? Angka? Rumus? Sulit?. Banyak siswa di Indonesia yang tidak menyukai pelajaran matematika. Ada banyak alasannya seperti banyaknya rumus yang sulit dipahami, cara mengajar guru yang membosankan atau karena banyak orang yang mengatakan bahwa matematika itu sulit dan juga menakutkan sehingga hal tersebut tertanam dalam benak pikiran kita.
Pembelajaran Matematika
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dalam segala aspek kehidupan yang cukup keterampilan, nilai dan sikap. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan antara guru dan siswa. Pembelajaran matematika terutama pada jenjang pendidikan menengah menekankan pada pembentukan logika, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran matematika merupakan proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, belajar matematika dimulai dengan konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih tinggi dengan kemampuan dan pola pikir yang dimiliki siswa. Sebab karakteristik matematika yaitu memiliki objek kajian yang abstrak (Sabah, 2013:1).
Pembelajaran pada umumnya sudah berjalan dengan baik dan lancar, namun ada beberapa permasalahan selama proses pembelajaran. Hal ini terbukti masih belum tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dan siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran (Ismiyati, 2016:2). Dalam interaksi timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang edukatif, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Guru sebagai pendidik bertugas membelajarkan siswa dan mentransfer pengetahuan, keterampilan serta sikap, sedangkan tugas siswa adalah belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa.
Matematika bukan hanya penguasaan kumpulan rumus-rumus matematika, tetapi juga merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Selain itu apabila permasalahan tersebut terus dibiarkan, maka akan mempengaruhi kualitas belajar siswa. Rendahnya kemampuan siswa terhadap suatu pelajaran belum tentu sumber kesalahannya terletak pada diri siswa. Faktor dari dalam meliputi ; motivasi, minat, perhatian, dan aktifitas belajar. Sedangkan factor dari luar mencakup lingkungan, suasana belajar, guru, sumber belajar dan metode pembelajaran yang digunakan. Kurangnya kemampuan siswa terhadap pembelajaran Matematika akan menghambat proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Keterampilan guru menyampaikan materi dan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kurang memadai dapat menyebabkan kelas menjadi tidak menarik dan cendrung membosankan. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Model Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Fase-fase penerapan model Jigsaw yaitu (1) guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan beberapa konsep dalam satu rentang waktu secara bersamaan (2) Siapkan Handout materi pelajaran untuk masing-masing konsep (3) guru menyiapkan kuis sebanyak materi yang akan dipelajari (4) bagilah kelas dalam beberapa kelompok.
Guru menyampaikan pengantar diskusi kelompok dengan menjelaskan (5) setiap subkelompok mendalami materi dalam handout yang menjadi pegangannya (6) setiap subkelompokyang ahli mengenai konsep ke-1 bergabung dengan ahli konsep ke-1 dari kelompok lain (7) selesai mendalami materi melalui diskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok awal atau kelompok belajar (8) guru mengukur hasil belajar siswa dengan tes atau kuis.
Penerapan model Jigsaw ini dapat merangsang siswa untuk belajar lebih aktif, baik secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menentukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan memungkinkan untuk memperoleh hasil yang permanen. Metode ini siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yng didapatkan dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar