Jumat, 23 September 2022

TINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR IPA DENGAN PJBL

Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022

Oleh: Sri Subiyanti, S.Pd.
(Guru IPA SMPN2 Banyudono Boyolali - Jawa Tengah)

Salah satu dimensi Profil Pelajar Pancasila adalah kreatif. Dimensi ini memuat visi bahwa pelajar Indonesia yang kreatif bisa memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dalam Dimensi Kreatif ada tiga, yaitu menghasilkan gagasan orisinal, menghasilkan karya dan tindakan orisinal, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi.  Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan komposisi atau gagasan apa saja yang sama sekali belum diketahui sebelumnya menjadi suatu komposisi atau gagasan baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berfikir konvergen dan divergen.

Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Negeri 2 Banyudono erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian yang ada di sekeliling peserta didik. Untuk mempelajari materi pelajaran IPA dibutuhkan kemampuan  kemampuan berpikir aras tinggi dan kreativitas dari peserta didik. Kreativitas belajar Ilmu Pengetahuan Alam adalah keahlian untuk menyelesaikan persoalan atau untuk mengembangkan struktur berfikir, menyusun logika deduktif dan mencocokkan konsep yang dibangun untuk digabung menjadi bagian yang penting dalam pembelajran IPA. Seseorang yang memiliki kreativitas atau kemampuan berfikir divergensi yang tinggi tidak banyak kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Kreativitas belajar  IPA adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru, mencari alternatif pemecahan masalah melalui cara-cara berfikir divergen, dapat dipandang dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif. Indikator kreativitas belajar IPA adalah sebagi berikut:

  • Kefasihan dalam memecahkan masalah diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memberikan beberapa jawaban yang baik dan berbobot.
  • Fleksibilitas dalam memecahkan masalah diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memberikan pendapat secara spontan dn tidak malu- malu.
  • Kebaruan dalam memecahkan masalah diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memberikan jawaban atau cara penyelesaian yang berbeda, melibatkan pengetahuan atau konsep yang jarang terpikirkan oleh siswa pada tingkat pengetahuan sebayanya dan bernilai benar.

Faktor yang mempengaruhi daya kreativitas seseorang adalah dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinstik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstriksik).

Salah satu model pembelajaran yang sudah didengungkan pemerintah sejak penerapan kurikulum K-13 hingga kurikulum merdeka adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan dan secara tersirat tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Metode proyek adalah cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar pada siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya.

Sumarmi (2012) menyatakan bahwa Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalamm beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang guna investigasi bagi pelajar sekaligus memahami pada saat menghadapi permasalahan yang kompleks. Selanjutnya, menurut Warsono (2012) secara sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan peserta didik, atau dengan suatu proyek sekolah. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menekankan kegiatan pembelajaran berdasarkan proyek yang ada di lingkungan sekitar dengan cara memberikan permasalahan maupun pertanyaan yang menantang pada langkah awal dan melibatkan siswa dalam mengambil keputusan maupun kegiatan investigasi. Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara berkala dan menghasilkan produk yang nyata maupun berbentuk presentasi.

Karakteristik dari model Project Based Learning yaitu: (1) diawali dengan sebuah pertanyaan yang mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan menggabungkan kondisi kehidupan nyata yang berfokus pada permasalahan yang autentik (2) melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, (3) dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan minat siswa, (4) diakhiri dengan sebuah produk.

Untuk meningkatkan kreativitas belajar IPA peserta didik, langkah-langkah pembelajaran PjBL dilakukan dalam  enam langkah pembelajaran (Trianto: 2015) yang terdiri dari:

  1. Guru memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan yang esensial dan menyampaikan materi pelajaran, 
  2. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok secara heterogen untuk mengerjakan proyek,
  3. Kelompok siswa didampingi guru membuat perencanaan aturan pengerjaan proyek, 
  4. Kelompok siswa bersama guru membuat jadwal aktivitas, memonitoring perkembangan proyek, 
  5. Guru melakukan penilaian hasil kerja siswa,
  6. Guru mengadakan evaluasi pengalaman belajar siswa.

Beberapa alasan di SMP Negeri 2 Banyudono menggunakan Model Project Based Learning pada pembelajaran IPA adalah:

  • Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting;
  • Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah;
  • Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks;
  • Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama;
  • Mendorong siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi;
  • Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber daya;
  • Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti peralatan dan bahan untuk menyelesaikan tugas;
  • Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata;
  • Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata; membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Meskipun sudah direncanakan dengan matang, pada pelaksanaannya model Project Based Learning memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

  • Memerlukan banyak waktu dan biaya untuk menyelesaikan proyek.
  • Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
  • Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
  • Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang di kerjakannya.

Simpulan dari uraian di atas, model Project Based Learning ini merupakan model pembelajaran yang telah berpusat pada siswa dan memperlakukan mereka sebagai subyek belajar. Siswa dilibatkan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru sebatas memberikan stimulus suatu permasalahan kemudian siswa bersama kelompoknya mengerjakan proyek tersebut. Melalui interaksinya dalam kelompok akan menjadikan siswa lebih komunikatif dan berani dalam mengemukakan ide maupun pendapatnya di dalam kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok secara heterogen dapat membantu tumbuh kembangnya profil pelajar Pancasila kebhinekaan yang global, gotong royong dan mandiri.


REFERENSI

  • Al-tabany, Trianto. 2015. Mendesain Model Pembelajaran. Inovatic, Progresif dan Kontekstual. Surabaya: Prenadamedia Group.
  • Hariyanto dan Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  • Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.


5 komentar:

  1. Semangat Bu Guru, PBL memang cocok untuk mapel IPA, saya sepakat bu. Walaupun praktiknya tetap ada kekurangan, semangat!

    BalasHapus
  2. Siip...trs berkarya bu guru

    BalasHapus
  3. Artikel yang bagus dan menambah pengetahuan

    BalasHapus
  4. Artikel yang bagus dan menambah pengetahuan, trs berkarya bu guru

    BalasHapus
  5. Artikel yang bagus serta menambah pengetahuan
    Semangat dan terus berkarya Bu guru

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...