Oleh: Budi Sulistyo, S. Pd.
(Guru Teknik Pemesinan SMK Kristen 2 Surakarta - Jawa Tengah)
Sampah adalah masalah yang tidak kunjung menemui solusinya. Permasalahan ini telah menjadi isu global sejak lama. Lingkungan yang kotor dengan sampah selalu menjadi pemandangan kumuh di mana saja. Tidak bisa dipungkiri jika kenyataannya setiap aktivitas manusia itu menghasilkan sampah, termasuk juga di sekolah. Kantin sekolah menyumbangkan sampah mulai dari sedotan hingga bungkus makanan ringan. Kegiatan kantor yang sibuk dengan berkas-berkas pun tidak mungkin tanpa jejak sampah. Jika seorang saja membawa sampah sekian banyaknya, lalu bagaimana lingkungan dapat menahan luapan sampah-sampah itu setiap harinya? Apakah mungkin jika yang sebenarnya banyak menyumbangkan segunung sampah adalah sekolah? Lalu bagaimana bila sekolah tidak mempelajari cara untuk menyelesaikannya?
Mengedukasi Pengelolaan Sampah
Sampah memang produk harian yang tidak terpisah dari aktivitas manusia. Setiap kegiatan itu jelas menghasilkan tambahan sampah. Hal yang memperparah tentu tentang sampah anorganik, karena sifatnya yang tidak bisa diurai. Sampah-sampah itu banyak dihasilkan dari lingkungan sekolah. Jika semakin banyak kapasitasnya, dan tidak tertangani dengan baik, hal ini dapat memunculkan permasalahan baru. Lalu bagaimanakah peran sekolah melihat ini?
Sekolah adalah lingkungan yang dapat memberikan edukasi nyata tentang pengelolaan sampah. Namun kenyataannya, pembelajaran tentang sampah itu sering sebatas lisan saja. Bila mungkin ada penampakan slogan, nyatanya hanya menjadi penghias dinding saja. Hal ini tentu tidak berkorelasi baik dengan lingkungan dan juga kompetensi siswa. Ribuan sampah dihasilkan, diangkut, dibawa pengangkut, lalu dibuang tanpa ada penyelesaian yang berimbang untuk mengatasinya.
SEKOLAH = Serentak Kelola dan Olah
Sekolah Sampah, bisa menjadi salah satu alternatif yang menyadarkan warga sekolah untuk menyelesaikan masalah sampah. Sekolah itu sendiri merupakan akronim dari Serentak Kelola dan Olah.
Kunci pelaksanaan SEKOLAH Sampah yang pertama adalah serentak. Serentak itu bersama-sama. Untuk bisa mencapai kebersamaan itu dibutuhkan kesadaran diri sendiri. Hubungannya dengan sampah berarti harus sadar bahwa dirinya sebagai penghasil sampah, masalah yang ditimbulkan oleh sampah, dan cara mengatasinya. Jika kesadaran ini serentak dirasakan bersama, maka kegiatan berikutnya dapat dilaksanakan dengan lancar.
Hal berikut yang dilakukan dalam SEKOLAH Sampah adalah kelola. Dalam pengelolaan ada kegiatan penyelenggaraan manajerial. Kaitannya dengan sampah, hal itu memerlukan adanya pembekalan tentang pengetahuan pelaksanaan daur ulang, agar bisa memanajeriali sampah-sampah. Sampah harus dipilah menjadi dua tempat, yaitu organik dan anorganik. Yang organik bisa diangkut untuk dibuang karena sifatnya yang mudah diurai, sedangkan yang anorganik inilah yang nantinya akan dikelola. Jika sampah-sampah itu berada di tempat yang tepat, maka pengelolaan pun akan benar juga. Dari sinilah pengelolaan itu dikerjakan. Sampah-sampah yang terdiri dari plastik, kertas, kaca dikumpulkan untuk dikelola. Dengan kreasi daur ulang yang sesuai guna, sampah-sampah yang tidak mudah diurai itu dapat menjadi barang baru yang tepat guna. Pengelolaan itu selain bertujuan untuk menciptakan lingkungan sehat, juga untuk mengembangkan daya kreativitas yang dimiliki masing-masing secraa. Sekolah tentu tidak membatasi diri hanya belajar tentang capaian pengetahuan saja, terlebih sekarang sudah eranya kurikulum merdeka, siswa dengan arahan guru mengembangangkan kodrat alamnya untuk menciptakan karsa yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungan.
Selanjutnya dalam SEKOLAH Sampah adalah melakukan olah. Kegiatan olah merupakan tindakan konkret. Dalam hal ini sampah dikelola untuk didaur ulang menjadi barang lainnya. Sekolah tentu tidak mau semua edukasi lisan yang disampaikan tentang pengelolaan sampah, hanya berhenti untuk didengar saja. Maka dari itu perlu penanganan untuk serantak membuat karya yang berbahan sampah. Sampah-sampah anorganik itu dapat dibuat menjadi hiasan dinding namun yang dihasilkan oleh tangan-tangan siswa. Sekolah bisa memasukkan kegiatan ini dalam pembelajaran, misalnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, seni budaya, IPAS, dan lainnya. Bahkan mapel-mapel itu bisa saling berkolaborasi untuk menghasilkan karya yang berbahan sampah.
Kolaborasi antarwarga sekolah dalam SEKOLAH Sampah akan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pengembangan diri dan lingkungan. Secara sadar atau pun tidak, siswa telah belajar menjadi calon wirausahawan dengan mengelola dan mengolah sampah. Tidak harus menjadi kaya terlebih dahulu untuk bisa menjadi wirausahawan, karena nyatanya dari sampah yang kita hasilkan sehari-hari saja bisa menghasilkan cuan. Yuk, jangan terlambat untuk mengikuti jejak SEKOLAH Sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar