Di era digitalisasi saat ini hampir semua lini kehidupan memanfaatkan teknologi. Termasuk Pendidikan. Dalam dunia Pendidikan guru dituntut dapat inovatif dan kreatif serta memaksimalkan teknologi, seperti media sosial dalam pembelajarannya. Guru kreatif adalah guru yang mampu menggunakan berbagai metode, media, model maupun pendekatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Umumnya guru kreatif selalu peka terhadap kebutuhan peserta didik. Guru kreatif akan selalu mengembangkan desain pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru kreatif tidak akan menyampaikan materi pembelajaran saja, tanpa memikirkan materi tersebut bisa terserap atau tidak oleh peserta didik. Suasana pembelajaran yang dilakukan bersama guru yang kreatif akan terasa menyenangkan dan jauh dari unsur membosankan. Sejauh ini masih jarang sekali ditemukan guru yang menemukan inovasi pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode, media, model maupun pendekatan yang itu-itu saja dalam pembelajaran. Guru yang tidak mau kreatif dan inovatif adalah guru yang egois karena tidak berorientasi pada siswa. Guru seharusnya mampu memaksimalkan strategi pembelajaran sehingga mampu melejitkan potensi siswa sesuai kodratnya.
Pembelajaran Project Based Leraning (PjBL)
Dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional misalnya cenderung teacher center sehingga peserta didik belum maksimal dalam mengeksplorasi diri. Guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan disampaikan. Misalnya, dalam proses pembelajaran produktif Bisnis Daring dan Pemasaran pada mata Pelajaran Bisnis Online, peserta didik dapat membuat iklan promosi online dan diposting di akun media sosial. Pembelajaran ini dapat menerapkan model pembelajaran Project Based Learning. Menurut Rohmatul (2021) Proses pembelajaran daring Model Project Based Learning (PJBL) yang diterapkan sesuai dengan prosedur yang digunakan untuk mengatasi hambatan belajar yang dialami peserta didik sebagai upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kreativitas. Proyek sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan yang terdiri atas banyak pekerjaan dan membutuhkan koordinasi serta spesialisasi tenaga penunjang untuk menyelesaikannya.
Kelebihan model pembelajaran Project Based Learning:
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem kompleks.
- Meningkatkan daya kolaborasi.
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
- Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
Kelemahan model pembelajaran Project Based Learning:
- Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks
- Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
- Peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
- Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Menganalisis Iklan Promosi Online Menggunakan Media Sosial
Sintaks model pembelajaran project based learning menurut Widiarso (2016:184) dapat diterapkan atau diaplikasikan melalui langkah berikut ini
1. Penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk peserta didik. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun jadwal
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
- membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek,
- membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek,
- membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
- membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek
- meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Dengan memaksimalkan rangkaian pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan relevansi dengan materi pembelajaran mengakibatkan hasil belajar peserta didik meningkat. Selain itu, peserta didik dapat mengeksplorasi diri untuk mendapatkan pembelajaran yang sesungguhnya sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
Referensi:
- Widiasworo, E. 2016. Strategi dan Metode Mengajar Siswa di luar Kelas (Outdoor Leaning) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, dan Komunikatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar