Kamis, 14 April 2022

MEMAHAMI KURIKULUM PROTOTIPE UNTUK JENJANG SD

Edisi: Vol. 2 No. 2 Januari - April 2022

Oleh : Maryati, S.Pd. SD
(Guru SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta Jawa Tengah)

Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek, saat ini memberikan tiga pilihan kepada satuan pendidikan dalam melaksanakan kurikulum. Sekolah diberi kewenangan dan keleluasaan dalam menentukannya. Kurikulum yang di pergunakan masing-masing sekolah tentunya melalui berbagai pertimbangan. Penyesuaian pada kemampuan sekolah dalam melaksanakan menjadi pertimbangan utama pemilihan kurikulum yang dipergunakan.Pemberian tiga opsi tersebut adalah Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat dan Kurikulum Prototipe.

Ada maupun tidak ada pandemi memang seyogyanya kurikulum pada satuan pendidikan harus selalu berkembang. Tidak menutup kemungkinan bapak ibu guru dapat mengembangkan sendiri kurikulum penyesuaian namun harus masih tetap pada koridor aturan pemerintah.

Bila menilik sejarah munculnya beberapa opsi penggunaan kurikulum ini memang penyebab utamanya adalah pandemi covid 19, namun sebenarnya Kurikulum Prototipe merupakan kelanjutan arah pengembangan kurikulum sebelumnya yaitu berorientasi holistic, berbasis kompetensi dan kontekstulisasi dan personalisasi yang sudah diwacanakan. 

Saat ini kurikulum prototipe menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih oleh sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Seperti yang kita ketahui bersama, pandemic covid-19 telah mengakibatkan terjadinya learning loss pada peserta didik, dengan kata lain telah terjadi kemunduran pada proses akademik peserta didik. Kurikulum prototipe bisa menjadi salah satu opsi yang dapat membantu pemulihan pembelajaran (learning loss) akibat tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh.

A.  Karakter Kurikulum Prototipe

Berbeda dengan kurikulum yang pernah dipergunakan kurikulum prototipe memiliki karakteristik utama yang dapat mendukung pemulihan pembelajaran diantaranya adalah:

1. Fokus pada pengembangan karakter

Pada struktur kurikulum prototipe, 20-30 persen jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek, dimana melalui pemberian projek kepada siswa maka akan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning) sehingga pembelajaran berbasis projek ini dapat membantu guru dalam mengembnagkan karakter dan soft skills siswa.

2. Fokus pada materi esensial

Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran untuk memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi mendasar seperti literasi dan numerasi secara lebih mendalam.

3. Fleksibilitas perencanaan kurikulum sekolah dan penyusunan rencana pembelajaran

Kurikulum prototipe menetapkan tujuan belajar per fase (2-3 tahun) untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah. Kurikulum ini menetapkan jam pelajaran per tahun agar sekolah dapat berinovasi dalam Menyusun kurikulum dan pembelajarannya. Kurikulum prototipe juga memberikan keleluasaan bagi guru dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa serta penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

B. Kurikulum Prototipe pada Jenjang SD

Marilah kita mengenal karakteristik kurikulum prototipe Jenjang SD.

1. Penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman holistic

Pendekatan holistik adalah proses pembalajaran dan pemberian arti pendidikan yang dilakukan dengan upaya penghargaan dengan membentuk kolaboratif saling melengkapi bagi jawab guru kelas dan guru kelas khusus kepada para peserta didiknya

Ciri-cirinya :

  • Terjadi keterpaduan dalam proses kajian
  • Lebih menghargai proses pembelajaran terkait dengan pengamalaman
  • Lebih berorientasi pada proses dan hasil dari konsep yang diajarkan
  • Meberikan kesan kolaboratif terhadap permasalahan tertentu
  • Terjadi proses refleksi dan konstruksi terkait dengan pemahaman secara dinamis

2. Mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan 

Logika yang dibangun berdasarkan konsep bahwa ilmu pengetahuan diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat  Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan alam dan pengetahuan sosial. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang makhluk hidup dan benda mati di alam semesta serta interaksinya, dan mengkaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam pembelajaran IPAS, ada 2 elemen utama yakni:

  • Pemahaman IPAS (sains dan sosial), dan
  • Keterampilan Proses.

3. Intergrasi Computational Thinking (CT)

Untuk itu, guru perlu memahami Computational Thinking (CT) dan menjadi Computational Thinker. Guru perlu mengubah mindset, terutama yang selama ini hanya menjadi pengguna atau mengajar TIK (Teknologi Informasi Komunikasi). CT adalah kemampuan berpikir untuk problem solving yang solusinya adalah komputasi. Saat ini kita mengalami betapa hidup dalam sebuah dunia yang  VUCA (Volatile - cepat berubah, Uncertain - serba tidak pasti, Complex – kompleks,  Ambigu).

Sistem komputer, teknologi informasi, dan komunikasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari maupun profesi apapun. Kemajuan ini membawa kita ke masyarakat 5.0 seiring dengan industri 4.0. Riset AI (Artificial Intelligence) dan Big Data di perguruan tinggi akan semakin maju, jika siswa sudah mengenal CT dan Informatika pada pendidikan dasar dan menengah. Ibarat pohon yang tak mungkin berbuah dalam sekejap, pengetahuan dan keterampilan CT memerlukan waktu untuk tumbuh kembang hingga menghasilkan buah.

Dengan dirilisnya Kurikulum Prototipe tersebut, tentunya semua guru SD perlu bersiap untuk memikirkan bagaimana mengintegrasikan CT dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS. Bagi guru Matematika, mungkin integrasi CT ke dalam mata pelajaran Matematika sudah tidak asing lagi. Sebab CT disebutkan secara eksplisit termasuk dalam salah satu aspek literasi Matematika pada PISA 2022. Sedangkan guru Informatika harus menyiapkan diri untuk mengajar mata pelajaran Informatika secara utuh sesuai gambar sebagai berikut.

4. Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan

Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan baru yaitu menghapus mata pelajaran Bahasa Inggris dari mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Inggris akan dimasukkan ke dalam mata pelajaran pilihan.Dalam hal ini sebenarnya sebagian besar sekolah diwilayah Jawa Tengah telah melaksanakannya.yaitu dimasukkan dalam materi muatan lokal.Hal ini bisa diambil bisa tidak karena muatan lokal juga terdiri banyak pilihan tergantung sekolah masing-masing.

5. Penguatan Profil Pelajar Pancasila 

Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. implementasi pembelajaran dengan menggunakan model project based learning  dapat meningkatkan kreativitas siswa lebih tinggi dan dapat meningkatkan kemampuan siswa bernalar siswa, yang berbeda dengan pembelajaran berbasis projek dalam program intrakurikuler di dalam kelas.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja memberikan ruang bagi semua anggota komunitas sekolah untuk dapat mempraktikkan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada pada Profil Pelajar Pancasila antara lain beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia;  berkebinekaan global;  Gotong royong; Mandiri; Bernalar kritis; dan Kreatif melalui kegiatan-kegiatan dengan pilihan tema:

  • Bhineka tunggal ika,
  • Kearifan local, 
  • Berekayasa dan berteknologi,
  • Kewirausahaan,
  • Bangunlah jiwa dan raga, 
  • Gaya hidup berkelanjutan, 
  • Suara demokrasi.

Projek dilakukan 2-3 kali dalam satu tahun sesuai jenjang, jangka waktu masing-masing projek tidak harus sama yang penting alokasi waktu kurang lebih 36 JP per tahun. Tidak perlu ada jadwal kegiatan belajar, karena siswa dapat melakukan penelitian, pengerjaan karya, presentasi pameran dan lain sebagainya sesuai kebutuhan mereka. 

Hal ini diharapkan dapat mendorong self-regulated learning siswa, siswa berlatih untuk mandiri, kritis, berkolaborasi, komunikasi, menciptakan ide-ide inovatif dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat agar anak-anak kelak mampu bersaing di era gobal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...