Senin, 02 Agustus 2021

IMPLEMENTASI MODEL DIRECT INSTRUCTION PADA PELAJARAN PRODUKTIF TATA BUSANA

Oleh: Wiji Haryani, S.Pd.
(Guru Produktif Tata Busana SMK Negeri 3 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol.1 No.3 Mei - Agustus 2021

Keberhasilan proses pembelajaran tercermin dalam peningkatan hasil belajar. Untuk mencapai hasil belajar, dibutuhkan peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama peserta didik yang berperan sebagai input sekaligus sebagai output, serta guru sebagai fasilitator. Guru dan peserta didik merupakan faktor utama dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini, guru membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatan cara berpikir masing-masing peserta didik. Disamping kemampuan guru, kualitas interaksi antara guru dan peserta didik merupakan unsur penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja, karena kualitas interaksi antara guru dan peserta didik merupakan salah satu tolak ukur suatu lembaga pendidikan formal dalam mendidik peserta didik-peserta didiknya.  

Menurut Slameto (2015) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa jasmani, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal berupa faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Faktor sekolah dapat berupa metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, dan relasi peserta didik dengan peserta didik. Hal ini memberikan gagasan perlunya melakukan suatu pendekatan kepada guru untuk merancang dan mencobakan suatu alternatif pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yaitu model Direct Instruction 

Arend (dalam Trianto, 2015) menjelaskan bahwa Direct Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstuktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk dapat mengembangkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif menuntut peserta didik agar mampu mengungkapkan suatu tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan pengetahuan prosedural menuntut peserta didik untuk dapat melakukan sesuatu yang telah diajarkan. 

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Dalam menggunakan Direct Instruction, seorang guru juga dapat mengkaitkan dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Kardi dan Nur (2000) mengatakan bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok. Hal tersebut bertujuan untuk melatih peserta didik berpikir, menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya, serta membangun pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran.

Dari pengertian di atas, bahwa pembelajaran model Direct Instruction adalah pembelajaran yang menggunakan bimbingan pelatihan terstruktur selangkah demi selangkah yang berpola bertahap yang ditransformasikan dari guru kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta membangun pengetahuan dan keterampilan. Model pembelajaran Direct Instruction ialah salah satu model yang cocok untuk diterapkan di dalam pembelajaran produktif tata busana, karena menekankan pada bimbingan pelatihan yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran yang bersifat praktik secara langsung. Guru produktif tata busana dapat menggunakan model Direct Instruction sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Direct Instruction. 

Kelebihan model pembelajaran Direct Instruction: 

  • Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik. 
  • Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.  
  • Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitankesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.  
  • Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.  
  • Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh peserta didik.  
  • Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme peserta didik.  

Sedangkan kelemahan model pembelajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut: 

  • Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan peserta didik untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua peserta didik memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada peserta didik. 
  • Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan peserta didik.  
  • Karena peserta didik hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.  
  • Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.  
  • Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan peserta didik. 

Slavin dalam Trianto (2015) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks  Direct Instruction, adalah sebagai berikut:  

  1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada peserta didik. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja peserta didik yang diharapkan.  
  2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai peserta didik.  
  3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, gambarmendemontrasikan konsep dan sebagainya.  
  4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan mengoreksi kesalahan konsep.  
  5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.  
  6. Menilai kinerja peserta didik dan memberikan umpan balik. Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan peserta didik, memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.  
  7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.  

Diterapkannya model pembelajaran Direct Instruction juga meningkatkan kemampuan peserta didik, karena adanya pelatihan terbimbing dari guru dan juga latihan lanjutan dirumah. Guru dalam hal ini sebagai pembimbing dituntut untuk memantau peserta didik secara aktif dalam memberi bimbingan latihan yang terstruktur. Dengan menggunakan bimbingan pelatihan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar psikomotorik peserta didik, yaitu bimbingan I dan bimbingan II, selanjutnya dilanjutkan adanya latihan lanjutan, yang diharapkan akan adanya peningkatan ketuntasan pada hasil belajar. 

Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajaran Direct Instruction, model pembelajaram tersebut efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungaan dengan praktek secara langsung seperti pembuatan pola atau busana industri, sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.. 

REFERENSI:

  • Al-Tabany, Trianto Ibnu Bahar. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Konstekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
  • Slameto. 2015. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


6 komentar:

  1. Luar biasa bu Wiji, ini pembelajaran yg senyatanya agar tingkat pencapaian kemampuan siswa teruji, ini membutuhkan banyak kemampuan guru untuk terus belajar dan belajar

    BalasHapus
  2. Keren Bu Wiji,jika diimplementasikan dalam pembelajaran khususnya produktif....maka akan tercapai out put yang kompeten sesuai dengan tuntutan industri.

    BalasHapus
  3. Menginspirasi program keahlian yang lain untuk ikut maju berkembang

    BalasHapus
  4. Semangat Bu, sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  5. Luar biasa Bu Wiji. Lanjutkan untuk menginspirasi. Terima kasih bu

    BalasHapus
  6. Mantap bu wiji....sangat menginspirasi

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...