(Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 2 Surakarta - Jawa Tengah)
Salah satu materi yang diajarkan pada kegiatan pembelajaran bahasa jawa di SMP adalah teks lisan sesuai dengan unggah-ungguh Jawa. Peserta didik acapkali mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, sehingga mengakibatkan mereka ada yang bersikap apriori dengan tingkatan berbahasa dalam belajar unggah-ungguh. Guru perlu melakukan suatu inovasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengatasi kendala yang dialami peserta didiknya.
Salah satu solusi yang dapat ditempuh guru untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar peserta didik adalah dengan menerapkan variasi pembelajaran melalui suatu strategi pembelajaran aktif atau disebut juga active learning. Belajar aktif merupakan cara yang baik untuk membekali peserta didik dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar mandiri yang bermanfaat pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun selepas pendidikan formalnya. Pembelajaran aktif dapat dilakukan dengan kegiatan menghadapi suatu bentuk permasalahan. Pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dapat direkayasa dalam suatu bentuk peran tertentu. Metode yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah metode bermain peran atau Role Playing.
Metode bermain peran adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Bermain peran merupakan suatu aktivitas yang dramatik biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil peserta didik bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipan dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman mereka. Role Playing dirancang untuk membantu peserta didik memperlajari nilai-nilai sosial yang mencerminkan dalam dirinya, menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain, dan mencoba untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Secara teoritik metode bermain peran membutuhkan keterlibatan sebagian atau semua peserta didik dalam memerankan suatu tokoh atau benda, kondisi ini menuntut siawa untuk tidak diam, ia akan aktif, tidak statis, namun dinamis. Role Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role playing berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari:
- Mengambil peran (Role Taking), yaitu: tekanan ekspekatasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, contoh: berdasar pada hubungan keluarga, berdasar tugas jabatan dalam situasi situasi sosial.
- Membuat peran (Role Making), yaitu: kemampuan pemegang peraan untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-watu diperlukan.
- Tawar-menawar peran (Role Negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran dinegosiasi dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interksi sosial.
Bermain peran sebagai suatu pembelajaran bertujuan membantu peserta didik menemukan makna diri (jatidiri) di dunia sosial dan memecahkan dilemma dengan bantuan kelompok. Artinya melalui bermain peran peserta didik belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Dalam proses pembelajaran bermain peran ada sembilan tahap yang harus dilakukan dan dapat dijadikan sebagai pedoman. Berikut adalah tahapan proses pembelajaran metode bermain peran:
- Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaraan yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
- Memilih peran dalam pembelajaran. Tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para peserta didik tiding menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah satu peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.
- Menyusun tahap-tahap peran. Pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini tidk perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya dimana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah diperiapkan dan sebagainya. Persiapan ini penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan baagi seluruh peserta didik, dan mereka siap memainkannya.
- Menyiapkan pengamat. Secara pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dakam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendisusikannya. Agar pengamat turut terlibat, mereka perlu diberi tugas.
- Tahap pemeranan. Pada tahap ini peserta didik mulai beraksi secara spontaan, sesuai dengan pern masing-masing. Mereka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya. Mungkin proses bermain peran tidak berjalan mulus karena para peserta didik bragu dengan apaayang harus dikatakan akan ditunjukkan.
- Diskusi dan evaluasi pembelajaran. Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik tidaknya peran yang dimainkan selnjutnya mengarah pada analisis terhadap peran yang ditampilkan, apakah cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
- Pemeranan ulang.tahap ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternaif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut.perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
- Diskusi dan evaluasi tahap dua. Diskusi dan evaluasi pada tahap ini seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganaalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
- Membagi pengalaman dan pengalaman dan pengambilan kesimpulan.
Tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama bermain peran iah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan temannya. Mereka bercermin pada orang lain untuk lebih memahami dirinya.hal ini megandung implikasi bahwa yang palig penting dalam bermain peran ialah terjadinya saling tukar pengalaman. Proses ini mewarnaai seluruh kegiatan bermain peran, yang ditegaskan lagi pada tahap akhir. Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru teman dan sebagainya.
Pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, metode Role Playing ini dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi WhatsApp melalui fitur Video Call Group. Peserta didik dapat melakukan tugas bermain perannya dengan pendampingan guru. Harapannya mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Jawa dan hilang sikap apriorinya.
Sangat setuju.... Memang model role play sangat efektif sebagai salah satu metode pembelajaran...
BalasHapusSangat luar biasa, menjadikan pelajaran bahasa jawa semakin uo to date, mngikuti perkembangan teknologi..lanjuut bu Hafit
BalasHapusSetuju Bu Hafit, memang menyenangkan menggunakan roleplay dalam pembelajaran, apalagi Bahasa Jawa. Meski bahasa sendiri namun bahasa Jawa saat ini jadi bahasa asing bagi siswa, apalagi yang ada di perkotaan. Praktek nyata akan menjadikan pembelajaran lebih berkesan.
BalasHapusSenantiasa menginspirasi Bu Hafit
Mengembangkan praktik keterampilan berbahasa melalui metode bermain peran,sungguh menginspirasi. Apalagi untuk pelajaran Bahasa Jawa. Sukses selalu Bu Hafit.
BalasHapusSangat menginspirasi buat saya sebagai guru untuk menambah wawasan berkaitan dengan metode pembelajaran.
BalasHapusMenambah pengetahuan tentang metode pembelajaran dengan bermain peran...karena pembelajaran hanya dengan narasi akan membuat peserta didik lebih cepat bosan...matur nuwun Bu Hafit..tulisannya sangat menginspirasi 👍👍
BalasHapusTerimakasih, sangat menginspirasi bu Hafit..
BalasHapus