Kamis, 29 Juli 2021

BELAJAR MATEMATIKA DENGAN AIR

Oleh: Sri Hartati, S.Pd.
(Guru Matematika SMK Negeri 3 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol.1 No.3 Mei - Agustus 2021

Pendidikan yang diajarkan di sekolah merupakan pelajaran yang sangat mendasar dan akan diperlukan guna meningkatkan atau menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ke depannya. Pentingnya pelajaran matematika dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, maka siswa dituntut untuk menguasainya, karena merupakan landasan yang kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Betapa pentingnya pelajaran matematika diajarkan di sekolah agar siswa tercermin dengan ditempatkannya matematika sebagai ilmu dasar untuk semua jenis dan tingkat pendidikan. Adapun acuan dalam mempelajari matematika di sekolah yaitu sebagai alat, sebagai pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.

Pembelajaran merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar, perpaduan antara kegiatan guru dan peserta didik. Aktivitas guru adalah mengajar dan aktivitas peserta didik adalah belajar. Dimana guru mengajarkan siswa apa yang belum diketahui siswa supaya dapat mencapai hasil belajar yang diiginkan. Namun dalam kenyataan, tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Nilai rata-rata matematika siswa dibawah rata-rata nilai pelajaran lain. Hal ini disebabkan karena adanya faktor dalam diri siswa yang bersangkutan maupun faktor luar sehingga menimbulkan kemalasan, kurangnya minat belajar dan sebagainya.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan model pembelajaran sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam penggunaan model pembelajaran sebaiknya guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Dengan demikian mudah bagi guru menentukan model pembelajaran yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.

Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas matematika siswa ialah dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR). Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan suatu model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tampa pemberitahuan langsung, sebagian dan seluruhnya ditemukan sendiri. Tujuan dari penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) ini adalah agar siswa dapat melatih dan mengembangkan daya pikir serta kemampuan ingatannya dan mampu membiasakan dirinya secara aktif dan berani mengeluarkan argumen-argumennya sehingga mampu membudayakan sikap kreativitas dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran AIR adalah dari kata Auditory, Intellectually dan Repetition. Auditory adalah melatih pendengaran dan keberanian siswa unruk menggungkapkan pendapat. Intellectually bermakna melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif. Repetition berarti melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari.

Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang terdiri dari kata Auditory, Intellectually, dan Repetition yang masing-masing menjadi satu kesatuan dan mendukung pembelajaran menjadi lebih efektif. Adapun Menurut parah ahli tentang Auditory, Intellectually, dan Repetition:

  1. Dave Meier dalam Huda (2013) pernah menyatakan bahwa pikiran Auditory lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari belajar auditory merupakan cara belajar standar bagi masyarakat.
  2. Dave Meier dalam Huda (2013), Intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak. Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
  3. Huda (2013) menyatakan bahwa “Repetition bermakna pengulangan. Dalam konteks pembelajaran, ia merujuk pada pendalaman, perluasan dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis.

Model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana memiliki 3 aspek utama pada proses pembelajaran Daya serap dan berbicara (Auditory), proses berpikir dan menciptakan gagasan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki (Intellectualy), pengulangan dengan cara pemberian tugas atau kuis dengan tujuan supaya siswa dapat memperluas pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh guru (Repetition).

Adapun beberapa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah sebagai berikut:

Langkah pertama :

  1. Peserta didik dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 anggota. 
  2. Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari  pendidik.
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (Auditory).
  4. Saat diskusi berlangsung, peserta didik mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (Intellectually).
  6. Setelah berdiskusi, peserta didik mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition)

Langkah kedua: 

  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.
  2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil dari diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan didepan kelas (Auditory).
  4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi 
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah dari guru (Intellectually) 
  6. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis tiap individu (Repetition).

Kelebihan dari model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition (AIR):

  • Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory).
  • Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually).
  • Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition).
  • Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition):

  • Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukannlah pekerjaan yang mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.
  • Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  • Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

Penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition dapat meningkatkan kreativitas siswa karena dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengasah dan mengembangkan kegiatan kreatif mereka dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Pembelajaran ini mengarah dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan yang baik dan berbobot, siswa lebih berani dalam menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu, serta mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari yang lain.


REFERENSI:

  • Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Shoimin, Aris. 2016, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013, Yogyakarta : Ar-Ruuz Media.


3 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...