(Guru PPKn SMA Negeri 4 Surakarta - Jawa Tengah)
Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/lebih maju). Untuk mewujudkan tujuan tersebut dan menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah maka disusunlah kurikulum pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman pengajaran.
Kurikulum pendidikan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Pada saat ini kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 4 Surakarta adalah kurikulum K-13. Dalam kurikulum ini, siswa dituntut untuk belajar berpikir kritis, analistis dan kreatif atau yang lebih dikenal dengan ketrampilan abad 21 yaitu Critical thinking, Collaboration, Creativity dan Communication (4C). Peran guru hanya sebagai sebatas sebagai fasilitator sehingga siswa dituntut untuk aktif dan kreatif selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan efektif bila siswa menunjukkan kreativitas (Creativity) selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan yang diterima dari luar diri individu. Kreativitas yang dimiliki manusia, lahir bersama lahirnya manusia tersebut. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya. Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Harus diakui bahwa memang sulit untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multidimensional sehingga banyak para ahli mengemukakan tentang definisi dari kreativitas. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan para ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sedangkan untuk keterampilan, merupakan derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. Keterampilan seseorang yang tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh orang tersebut mampu memainkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu, semakin tinggi keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerakan tersebut maka semakin baik keterampilan orang tersebut. Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Dalam kurikulum yang berlaku, salah satu mata pelajaran kelompok wajib yang diajarkan kepada seluruh siswa kelas X semua jurusan adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Materi mata pelajaran ini dekat dengan kejadian-kejadian atau permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di lingkungan siswa tinggal. Siswa membangun dan mengembangkan pengetahuannya untuk dapat mencari pemecahan terhadap berbagai permasalahan yang ada, sehingga mereka akan memiliki pengetahuan dalam memahami kehidupan masyarakat. Materi pada pelajaran ini membutuhkan tingkat penalaran/kemampun yang tinggi (Higher Order Thinking Skill) pada suatu masalah dan ketelitian dalam pengamatan maupun pemecahan masalahnya. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas sedapat mungkin dapat mengeksplorasi kecakapan yang dimiliki siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.
Pada kenyataannya, kegiatan pembelajaran di kelas umumnya didominasi dengan metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak menggunakan ceramah bervariasi. Model dan metode yang digunakan guru kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang digunakan guru umumnya masih berpusat pada guru (teacher centered) dan hanya berlangsung satu arah dari guru ke siswa. Hal ini berdampak pada kegiatan pembelajaran yang kurang efektif, sehingga dapat mempengaruhi kreativitas dan hasil belajar yang diraih siswa.
Untuk itu perlu digunakan suatu model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok. Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan- bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa.
Pada kegiatan pembelajaran investigasi kelompok lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator. Pelaksanaan investigasi kelompok akan berhasil jika didukung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya. Dalam pelaksanakan investigasi melalui beberapa tahap seperti mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan ke dalam kelompok kerja, merencanakan investigasi dalam kelompok, melaksanakan investigasi, mempersiapkan laporan akhir, menyajikan laporan akhir (mempresentasikan), dan evaluasi.
Dalam penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan baru melalui pengalamanya dalam berkelompok. Kemudian melalui proses investigasi kelompok, siswa akan saling bekerja bersama menyelesaikan tugas kelompok sehingga tercipta kehangatan interpersonal siswa. Selanjutnya investigasi kelompok juga dapat melatih siswa menjadi pembelajar yang mandiri karena siswa yang aktif dalam mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran melalui berbagai sumber yang tersedia. Melalui interaksinya dalam kelompok akan menjadikan siswa lebih komunikatif dan berani dalam mengemukakan ide maupun pendapatnya di dalam kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok secara heterogen dapat melatih siswa bersikap saling menghormati dan toleransi terhadap keragaman misalnya perbedaan latar belakang siswa, agama, suku, budaya, dan sebagainya. Siswa akan tetap bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tidak memandang adanya perbedaan.
Adapun langkah-langkah penerapan model investigasi kelompok pada kegiatan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
- Guru menyampaikan topik dan sub-sub topik yang akan dijadikan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran
- Siswa dikelompokkan secara heterogen dan memilih sendiri ketua maupun penulis dalam kelompok masing-masing
- Kelompok siswa membuat perencanaan kooperatif untuk menyelesaikan permasalahan yang telah disepakati bersama
- Kelompok siswa menerapkan rencana tersebut dengan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah
- Kelompok siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh. Kelompok siswa meringkas dan menyajikan informasi dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh sekelas.
- Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
- Presentasi dikoordinasi oleh guru.
- Siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok diharapkan berdampak pada peningkatan kreativitas dan hasil belajar yang diraih siswa. Siswa diharapkan akan menjadi lebih inovatif, kreatif dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan kondisi kegiatan pembelajaran yang seperti ini, siswa menjadi lebih mudah memahami dan menguasai materi yang disampaikan guru, sehingga hasil belajar yang mereka raih pun bisa maksimal.
REFERENSI
- Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas BSNP_(Badan Standar Nasional Pendidikan).
- Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
- Isjoni. 2013. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
- Purwanto, Ngalim. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- Suprijono. Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Inspiratif, sangat membantu untuk mendapatkan sumber materi pembelajaran yang relevan
BalasHapusTerima kasih, sangat membantu
BalasHapusSukses selalu, sy jadi termotivasi...maturnuwun
BalasHapusMenginspirasi dan menambah motivasi teman guru yang lain
BalasHapusMenginspirasi dan menambah motivasi teman guru yang lain
BalasHapusMenginspirasi dan menambah motivasi teman guru yang lain
BalasHapus