Oleh: Elly Damayanti
(Guru Produktif BDP SMK Negeri 1 Banyudono - Boyolali Jawa Tengah)
Dalam proses pendidikan di sekolah ada proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal yang meliputi guru dan peserta didik maupun faktor eksternal yaitu faktor di luar guru dan peserta didik seperti lingkungan dan fasilitas belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan berhasil apabila kedua faktor tersebut dapat bersinergi dengan baik. Dalam proses belajar mengajar harus terjadi interaksi dua arah antara guru dan peserta didik. Informasi yang disampaikan guru harus mendapat umpan balik dari peserta didik maksudnya peserta didik tidak begitu saja menerima informasi tersebut tetapi peserta didik juga harus bersikap kritis.
Salah satu mata pelajaran produktif yang perlu dikuasai oleh peserta didik program keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran adalah penataan produk. Mengingat sebagian besar lulusan proli BDP ini nantinya bekerjanya di market, maka kemampuan peserta didik menata produk adalah suatu keharusan.Untuk memahami materi mapel ini membutuhkan pemahaman atau penalaran yang tinggi terhadap masalah yang diberikan (High Order Thinking Skill). Kenyataan di kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah, guru lebih sering menggunakan metode ceramah bervariasi, peserta didik hanya berpandangan pada guru sebagai sumber utama dalam belajar. Hal tersebut dapat merugikan kedua belah pihak yaitu guru dan peserta didik sendiri, guru dianggap gagal dalam menyampaikan materi pelajaran, yang memberi dampak tingkat pemahaman dan hasil nilai peserta didik kurang maksimal. Jadi seorang guru dituntut menciptakan proses pembelajaran yang menarik sehingga memotivasi peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Mengacu pada tujuan pendidikan berkarakter yang telah dicetuskan beberapa waktu yang lalu, maka peserta didik tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif saja akan tetapi kemampuan afektif dan psikomotornya juga harus dimiliki peserta didik. Untuk mewujudkannya maka salah satu variasi model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (Duta Dunia atau dua tamu dua menerima). Model pembelajaran ini merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar peserta didik saling bekerja sama, bertanggung jawab, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Teknik belajar ini tidak hanya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling bekerja sama dan berbagi informasi dengan teman didalam kelompoknya sendiri, namun juga dengan kelompok lainnya, sehingga dengan demikian akan lebih banyak lagi ilmu yang dapat saling peserta didik informasikan dengan peserta didik lainnya. Hal tersebut diharapkan menjadikan peserta didik aktif dan menghilangkan rasa bosan peserta didik dalam menerima materi pelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar dapat meningkat.
Model Pembelajaran Cooperative Two Stay Two Stray merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam penyelesaian tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam Cooperative Learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Penerapan model belajar kelompok yang dilakukan guru untuk meningkatkan komunikasi serta hasil belajar peserta didik merupakan bentuk kreativitas dalam mengajar. Melalui model ini peserta didik saling berinteraksi dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat peserta didik. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap – tiap kelompok untuk dibahas bersama – sama dengan anggota kelompok masing – masing. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir, Setelah selesai, dua orang masing – masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil – hasil kerja mereka. Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Setiap ide yang dimiliki peserta didik dituangkan ditampung untuk selanjutnya dimodifikasi sebagai ide bersama dalam menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (Duta Dunia) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajara ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Model pembelajaran Duta Dunia merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab , saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih peserta didik untuk bersosialisasi dengan baik. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang dibuat dalam kelompok beranggotakan 4 orang dan dari setiap anggotanya dituntut kerjasama antar kelompok agar mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok tersebut agar melatih peserta didik menerima perbedaan pendapat dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Adapun tujuan penerapan model pembelajaran Duta Dunia ini adalah peserta didik dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung peserta didik akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada peserta didik. Dalam model pembelajaran ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif lainnya. Peserta didik di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran Duta Dunia akan mengarahkan peserta didik untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi peserta didik yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran dengan model Duta Dunia, secara sadar ataupun tidak sadar, peserta didik akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, peserta didik akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat peserta didik jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran Duta Dunia, peserta didik juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat peserta didik dalam belajar (aktif). Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh peserta didik dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokkan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, peserta didik dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber.
Penerapan model pembelajaran Duta Dunia pada kegiatan pembelajaran penataan produk dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :
- Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat peserta didik. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 peserta didik berkemampuan tinggi, 2 peserta didik berkemampuan sedang, dan 1 peserta didik berkemampuan rendah. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung serta menjaga keseimbangan kinerja antar kelompok.
- Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap – tiap kelompok untuk dibahas bersama – sama dengan anggota kelompok masing – masing.
- Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
- Setelah selesai, dua orang masing – masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.
- Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran model Duta Dunia ini adalah pembagian kelompok secara heterogen dan teratur, dengan membentuk kelompok ,setiap kelompok berkomunikasi untuk mengemukakan pandangan dalam kelompoknya, yang dimana itu akan menjadi reverensi bagi kelompok lain untuk membuat kesimpulan dalam pembelajaran. Disini memiliki arti bahwa perbedaan pendapat akan melibatkan interaksi serta kesimpulan yang dimana pada nantinya akan menimbulkan hasil akhir yang menjadi kesimpulan bersama. Model pembelajaran ini membuat kegiatan belajar peserta didik lebih bermakna, meningkatkan rasa percaya diri sekaligus prestasi belajar mereka.
REFERENSI:
- Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano:
- Lie. Anita 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di. Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
- Suprijono. Agus.2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar