Rabu, 16 Desember 2020

MELATIH CRITICAL THINKING DENGAN PEMBELAJARAN MODE PROBLEM BASED INSTRUCTION

Oleh: Supriyani, S.Pd.

(Guru Produktif OTKP SMK Negeri 2 Tegal)

Kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk mempertinggi prestasi belajar melalui penambahan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan latihan-latihan. Belajar akan lebih berhasil bila siswa mempunyai minat, keinginan dan tujuan dari hasil belajar yang diharapkan, baik tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran konvensional di mana proses pembelajaran didominasi guru dan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya masih kurang. Kegiatan pembelajaran produktif OTKP selama ini dilakukan lebih banyak berpendekatan teacher centered, terlihat guru masih sangat dominan berperan selama kegiatan dilakukan. Model pembelajaran seperti ini belum berhasil membuat siswa lebih aktif dan bersemangat mengikuti pelajaran. Ketiadaan variasi dalam proses pembelajaran membuat mata pelajaran ini terasa menjemukan bagi sebagian siswa. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ini.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi problema tersebut adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) untuk memacu siswa berfikir kritis, dan memotivasi siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman yang lain serta memicu terjadinya diskusi yang tidak didominasi siswa tertentu, tetapi semua siswa dituntut menjadi aktif. 

Menurut Arends (Trianto, 2014) pengajaran berdasar masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan mengembangkan inkuiri dan ketrampilan tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasar proyek, pembelajaran berdasar pengalaman, belajar otentik dan pembelajaran bermakna. Pengajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran berdasar masalah adalah pembelajaran guna mengembangkan ketrampilan inkuiri, pemecahan masalah serta dilakukan secara kolaboratif, dan kooperatif. Ciri-ciri pengajaran berdasar masalah adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pengorganisasian pertanyaan atau masalah diajukan pada situasi kehidupan yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang akan diselidiki dipilih berdasar fakta agar dalam pemecahan masalah siswa meninjau masalah dari berbagai mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik

Dalam penyelidikan autentik siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesa, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi melakukan ekprimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran ini menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk  nyata yang akan dipaparkan bentuk penyelesaian masalah. Produk dapat berupa hasil peragaan, laporan, dan makalah.

5. Kolaborasi

Siswa bekerja sama satu dengan yang lain, dalam kelompok kecil memberikan motivasi secara berkelanjutan terlibat dalam tugas yang bersifat kompleks dan memperbanyak peluang untuk inkuiri.

Pengajaran berdasar masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Ciri pokok pembelajaran berbasis masalah adalah proses penyelesaian masalah (sifat otentik) menggunakan langkah-langkah sistematis, berawal dari menganalisis suatu masalah sampai dengan menyimpulkan jawaban.

Pengajaran berdasar masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Kelima langkah tersebut dijabarkan sebagai berikut: 

Tahap pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah. Tahap kedua adalahy mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan  tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan  penjelasan, dan pemecahan masalah. Tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagi tugas dengan temanya. Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 

Berdasarkan penjelasan di atas, langkah pelaksanaan pengajaran berdasar masalah pada intinya adalah langkah pertama memberikan masalah untuk dijawab oleh kelompok, kemudian masalah dipecahkan dalam kelompok untuk menemukan isu pokok masalah. Alternatif jawaban dirumuskan menjadi hipotesa, sedangkan data dikumpulkan untuk menguji hipotesa, sampai mencapai suatu simpulan. Langkah paling akhir adalah kelompok melakukan refleksi terhadap proses dan hasil kerja bersama.

Keunggulan model pembelajaran Problem Based Instruction (Rusman, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut: 

  1. Menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses, dan keterlibatan siswa dalam belajar, 
  2. Melatih siswa menemukan masalah yang bermakna secara personal, 
  3. Siswa berperan dalam menemukan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan fakta (apa yang diketahui, apa yang ingin dilakukan) untuk memperoleh makna  serta pengetahuan dalam pengaplikasian pemecahan masalah secara kreatif, 
  4. Membantu siswa berpikir reflektif, 
  5. Siswa berpartisipasi dalam pengembangan serta penggunaan assesment guna evaluasi kemajuan sendiri.

Penulis berpendapat bahwa secara umum keunggulan model pembelajaran Problem Based Instruction yaitu dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengalaman nyata, siswa menjadi belajar mandiri, sedangkan kelemahannya disebabkan guru harus mempunyai perencanaan yang matang baik dalam hal pengelolaan pembelajaran secara individu, kelompok, ataupun pengelolaan sarana dan prasarana yang digunakan. Penggunaan model pembelajaran PBI ini diharapkan dapat mendorong siswa bekerjasama dalam kelompoknya. Penggunaan model pembelajaran PBI diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sekaligus kualitas pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggembirakan yang berlangsung di kelas.


REFERENSI

  • Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme. Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
  • Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...