(Guru PPKn SMK Negeri 1 Sukoharjo - Jawa Tengah)
Berbagai inovasi dilakukan dalam bidang pendidikan untuk menigkatkan kualitias sumber daya manusia Indonesia, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Model Pembelajaran merupakan salah satu hasil dari inovasi pendidikan berupa kerangka skenario pembelajaran yang dibuat untuk mencapai tujuan atau hasil belajar tertentu. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran.
Model Pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkatan dan karakteristik kelas, pokok materi yang akan dibahas, kesediaan media pembelajaran dan lain- lain. Maka sangat penting untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam suatu pembelajaran sehingga tujuan atau hasil belajar tercapai. Terkait dengan hal tersebut, saat ini Negara Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya sedang mengalami musibah besar dengan penyebaran virud Covid 19. Kondisi ini memaksa stakeholder pendidikan perlu melakukan terobosan agar hak siswa untuk memperoleh pelajaran tetap berlangsung. Alternatif yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran tetap berlangsung tanpa mengurangi hak siswa dan menjaga keterlaksanaan pembelajaran jarak jauh adalah memanfaatkan media social WhatsApp. Penggunaan media social ini sangat familiar bagi siswa dan hampir semuanya memiliki akun serta dapat mengoperasikannya dengan mudah. Dengan media social ini guru pun dapat menerapkan model pembelajaran untuk menarik minat siswa, salah satunya adalah model Discovery Learning.
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Model pembelajaran ini menekankan agar siswa mampu menemukan informasi dan memahami konsep pembelajaran secara mandiri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya namun tidak tanpa bimbingan dan pengawasan guru agar pembelajaran yang mereka dapatkan terbukti benar. Menurut Asri Budiningsih (2005), “Model Discovery Learning adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan”. Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2008).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk- petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan secara mandiri pemahaman yang harus dicapai dengan bimbingan dan pengawasan guru.
Implementasi model pembelajaran Discovery Learning melalui media social WhatsApp dilakukan dengan sintaks sebagai berikut:
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan melalui grup kelas yang sudah dibuat, mengirim narasi dengan Voice Note atau mengirim link video yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa membentuk kelompok dan berdiskusi dengan fasilitas panggilan grup untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Ssedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Dengan berkelompok diharapakan berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah (Critical Thinking).
3. Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Pada tahap ini siswa dapat menggunakan aplikasi yang ada WhatsApp baik Voice Note atau panggilan grup untuk berdiskusi dengan teman dan guru.
4. Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman- pengalaman itu.
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat: 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif; 2) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; 3) Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri; 4) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti ; dan 5) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
REFERENSI:
- Budiningsih. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
- Roestiyah. 2008. Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
- Suprijono. Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakrta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar