Oleh: Ikasari Padminingsih, S.Pd., M.Pd.
(Guru Produktif OTKP SMK Negeri 3 Surakarta - Jawa Tengah)
Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas pengetahuan untuk dihafalkan dan dinilai, namun siswa juga dapat secara aktif mencari dan mempelajari pengetahuan dari sumber-sumber baru. Jenis pembelajaran yang saat ini dinilai aktif salah satunya adalah melalui belajar aktif atau active learning. Pembelajaran di kelas menjadi kurang optimal apabila hasil belajar siswa dalam kelas masih rendah. Siswa yang kurang aktif akan mengalami kondisi mengantuk, ramai, malas, bersenda gurau sendiri dan tidak memperhatikan penyampaian materi. Variasi dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat menentukan keberhasilan belajar siswa serta menjadi tolak ukur keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Salah satu variasi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pemberian variasi pada penyampaian materi pada kegiatan pembelajaran melalui suatu model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai adalah yang mampu mengajak siswa menjadi aktif dan mampu menghadapi suatu bentuk permasalahan. Input dari siswa yang diproses dengan menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat akan menyebabkan siswa kurang aktif dan berdampak pada hasil belajar siswa. Penggunaan variasi model yang tepat dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan di program keahlian OTKP SMK Negeri 3 Surakarta masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode pembelajaran yang selalu sama pada setiap pokok materi menjadikan siswa bersikap pasif. Sikap pasif lainnya adalah siswa tidak membuka buku pelajaran selama proses pembelajaran berlangsung dan malas-malasan mengikutinya. Siswa tidak bertanya pada guru ketika diberi kesempatan namun tidak mampu menjawab ketika diberi pertanyaan pada akhir pembelajaran. Selain itu, sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran pun turut berpengaruh. Sebagian siswa memandang remeh pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan karena di kesehariannya mereka menggunakannya untuk berkomunikasi dan. Akibatnya hasil belajar yang diraih siswa pun menjadi rendah, karena pemahaman mereka pada materi kurang. Salah satu solusi yang dapat ditempuh guru untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran aktif atau disebut juga active learning yang salah satunya adalah model Role Playing.
Model pembelajaran Role Playing merupakan suatu model pembelajaran yang diperkenalkan oleh pasangan Fannie dan George Shaftel pada tahun 1967, Joyce (2009) berpendapat bahwa ”Model pembelajaran Role Playing merupakan suatu model yang bertujuan menggali kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan cara memerankan suatu topik atau permasalahan”. Role Playing memiliki dimensi pendidikan personal dan sosial sehingga dapat memotivasi siswa menemukan pengetahuan dan menyelesaikan suatu bentuk permasalahan dalam suatu bentuk kerjasama sosial.
Prawiladilaga (2007) berpendapat ”Permainan peran atau Role Playing Game (RPG) merupakan suatu kegiatan memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama”. Peserta dapat memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditentukan. Pemain dapat berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan ini selama hal tersebut mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
Brady (1985) menjelaskan bahwa “Role playing, sociodramatic explorations, creative drama, improvisationally-oriented theatre games, and other approaches which cultivate spontaneity together form a rich complex of methods for generating the kinds of skills which are part of the postmodern sensibility”. Role Playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang terencana dan terancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Model pembelajaran tersebut didasarkan pada tiga aspek utama dari pengalaman peran kehidupan sehari-hari, yaitu mengambil peran (role taking), membuat peran (role making), dan tawar menawar peran (role negotiation). Model Role Playing dapat dipandang sebagai suatu cara yang sesuai pada banyak materi dimana terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas dan memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi atau skenario. Hasil dari interaksi membuat peran dengan skenario adalah menjadikan siswa secara individu, berpasangan, maupun berkelompok mampu belajar sesuatu tentang seseorang, problem, maupun situasi yang spesifik dari materi pembelajaran.
Model pembelajaran Role Playing memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan”. Keunggulan dari model Role Playing ini adalah sebagai berikut:
- Peran yang ditampilkan peserta didik dengan menarik akan segera mendapat perhatian peserta didik lainnya.
- Teknik ini dapat digunakan baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.
- Membantu peserta didik memahami pengalaman orang lain yang melakukan peran.
- Membantu peserta didik untuk menganalisis dan memahami pengalaman orang lain yang melakukan peran.
- Menumbuhkan rasa kemampuan dan kepercayaan diri peserta didik untuk berperan dalam menghadapi masalah.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Role Playing ini adalah sebagai berikut:
- Kemungkinan adanya peserta didik yang tidak menyenangi memainkan peran tertentu.
- Lebih menekankan terhadap masalah daripada terhadap peran.
- Kemungkinan terjadi kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap peran yang harus dilakukan.
- Memerlukan waktu relatif lama untuk memerankan sesuatu dalam kegiatan belajar tersebut.
- Bermain peran terbatas pada beberapa situasi kegiatan belajar.
Pelaksanaan Role Playing dibagi menjadi tiga fase utama, antara lain adalah perencanaan dan persiapan, interaksi, serta refleksi dan evaluasi. Perencanaan yang matang merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan Role Playing. Perencanaan model Role Playing berkenaan dengan sejauh mana guru mengenal siswa karena semakin guru mampu mengenali siswa maka proses pembelajaran akan lebih mudah dilaksanakan. Tujuan merupakan hal yang harus dipertimbangkan untuk mengetahui hasil apa yang ingin diperoleh guru dari proses pembelajaran dengan model Role Playing. Skenario pembelajaran dapat secara aktif disusun bersama-sama oleh dan siswa untuk meningkatkan keterampilan dan rasa tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran. Penempatan peran menentukan posisi yang tepat dimana penempatan dapat dilakukan secara acak ataupun sesuai dengan kemampuan siswa. Hambatan yang bersifat fisik perlu dipertimbangkan dalam perencanaan karena menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan sarana seperti dalam hal luas ruang kegiatan. Waktu dalam perencanaan merupakan hal yang penting agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, sintaks pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru menyampaikan materi tentang mengelola rapat.
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 - 6 orang secara heterogen dengan memperhatikan kemampuan masing-masing individu untuk keseimbangan kinerja antar kelompok.
- Siswa yang memiliki kemampuan lebih diangkat menjadi ketua yang bertugas sebagai nara hubung dengan guru.
- Siswa berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang tentang penyelenggaraan rapat
- Siswa dan kelompoknya melakukan praktik saling bertukar peran dengan teman dalam kelompoknya (sebagai ketua, moderator, sekretaris atau anggota rapat) untuk mencari jawaban tugas dari guru tentang penyelenggaraan rapat.
- Siswa dan kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas untuk ditanggapi kelompok yang lain.
- Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran .
- Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara individu .
Dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa akan memperoleh pengetahuan dan memahami materi dengan cara bermain peran dengan teman dalam kelompoknya. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan akan memperkaya pengetahuan siswa dan memperdalam pemahaman pada materi mengelola rapat dengan cara yang menyenangkan hati mereka.
REFERENSI
- Arends, R. I. 2012. Learning to Teach Ninth edition. New York: The Mc. Graw Hill Companies, Inc.
- Brady, L. 1985. Models and Methods of Teaching. Sidney: Prentice-Hall of Australia.
- Joyce, Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Prawiradilaga, D. S. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Oke oke...maju terus
BalasHapussiip ide idenya
Tetap semangat
BalasHapusSMK.... kamu bisa, semangat berlatih bikin kompeten
BalasHapusHeibat Bu Ikaaa... Terus berkarya
BalasHapusAKU komen maneh....pokoke ojo kendorrr....siip
BalasHapusLanjutkan...👍
BalasHapusLanjutkan...👍
BalasHapus