Kamis, 03 Desember 2020

BELAJAR MATEMATIKA LEBIH MENYENANGKAN DENGAN MODEL NHT

Oleh: Warni, S.Pd.

(Guru Matematika SMK Negeri 1 Banyudono - Boyolali Jawa Tengah)

Salah satu mata pelajaran yang menjadi momok bagi siswa di SMK adalah pelajaran matematika. Tuntutan akan adanya revolusi industri 4.0 membuat materi pelajaran matematika dirasa semakin sulit bagi siswa. Materi-materi yang ada pelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki pemahaman atau penalaran yang tinggi terhadap masalah yang diberikan (Higher Order Thinking Skill). Namun pada kenyatannya, kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena siswa belum mandiri dalam belajar dan tidak terbiasa menghadapi soal-soal pemecahan masalah, soal- soal yang diberikan guru tidak memacu siswa untuk menggunakan kemampuan pemecahan masalahnya, hal lain juga dapat disebabkan karena pembelajaran di kelas yang belum dapat memacu siswa untuk berfikir mandiri dalam memecahkan masalah. Pembelajaran yang dilakukan guru masih cenderung teacher centered sehingga siswa sangat tergantung pada guru dalam menyelesaikan soal-soal maupun dalam proses pembelajaran pada umumnya. 

Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak efektif, sehingga diperlukan pembelajaran yang memadukan pembelajaran menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri serta pembelajaran yang mendukung kemampuan pemecahan masalah siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya perbaikan salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang tepat sehingga mampu menjadikan siswa lebih mandiri dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian serta kemampuan pemecahan masalah siswa. Model pembelajaran yang digunakan guru pun diupayakan mampu mengekplorasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika melalui diskusi kelompok. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah  model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spancer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi. Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktural kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran ini mengedepankan kepada aktivitas peseta didik dalam mencari, mengolah dari beberapa temannya yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model belajar dimana dibuat kelompok heterogen, setiap peserta didik dalam kelompok diberi nomor kemudian guru memberikan persoalan materi bahan ajar. Kemudian seacra acak guru memanggil nomor dari peserta didik. Dengan adanya diskusi kelompok tersebut, peserta didik dapat bekerja optimal baik secara individu ataupun kelompok dan siswa menjadi lebih serius didalam diskusi dan lebih siap untuk presentasi kelas karena siswa tidak tahu nomor berapa yang akan dipanggil guru untuk presentasi didepan kelas.

Langkah-langkah pembelajaran NHT menurut Trianto (2011) adalah sebagai berikut:

1. Penomoran (Numbereding)

Dalam fase ini guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 siswa dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam tim diberi nomor.

2. Pengajuan Pertanyaan (Quenstioning)

Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Berpikir Bersama (Head Together)

Para siswa berfikir bersama teman satu timnya untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam tim mengetahui jawaban tim.

4. Menjawab (Answering)

Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas melaporkan dan kelompok lain menanggapinya dan dilanjutkan dengan menyimpulkan pelajaran.

NHT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang membuat siswa menjadi aktif selama kegiatan pembelajaran dan merupakan suatu model pembelajaran yang saling memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk saling membagikan ide dan pertimbangan jawaban setepat-tepatnya dengan jalan musyawarah dalam meningkatkan kerjasama mereka. Pemahaman siswa dituntut untuk mengkontribusikan pemahaman mereka selama diskusi.

Kelebihan model pembelajaran NHT adalah setiap siswa menjadi selalu siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sunguh-sungguh dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Siswa dengan kemampuan rendah bisa memberikan reaksi terhadap masalah dengan beberapa cara dengan cara mereka sendiri. Siswa dengan kemampuan rendah dapat memecahkan masalah dalam diskusi dengan cara mereka sendiri, sehingga tidak menimbulkan sikap minder dan pasif selama diskusi. Selain itu juga siswa menjadi lebih tanggung jawab serta memberi pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, ketrampilan, dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya dan guru akan mendapat banyak informasi berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa. Namun NHT juga memiliki kelemahan diantaranya membuat siswa grogi atau panik dan siswa pandai akan mendominasi selama diskusi sehingga pada siswa kemampuan rendah dapat menimbulkan minder karena siswa tidak mengetahui nomor yang akan dipanggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok. 

Dari uraian di atas, langkah-langkah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

  1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan terkait materi pada pertemuan sebelumnya atau materi pendukung yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
  2. Guru menyampaikan garis besar materi akan dipelajari.
  3. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 4 – 6 orang secara heterogen kemampuannya agar ada keseimbangan kemampuan antar kelompok.
  4. Guru memberi setiap siswa dalam setiap kelompok sebuah nomor yang berbeda pada sebuah kertas dan digunakan di kepala.
  5. Guru memberikan LKPD untuk didiskusikan siswa dalam kelompok.
  6. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan atau perintah guru.
  7. Guru bersama siswa membahas hasil presentasi sehingga diperoleh jawaban yang tepat dan membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
  8. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara mandiri.

Tahap-tahap dari penerapan NHT mulai dari penomoran (numbereding), pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir bersama (head together), pemberian jawaban (answering) sepenuhnya membutuhkan keterlibatan siswa. Mereka mejadi lebih mandiri untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga mampu menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan tersebut. Model pembelajaran ini pada akhirnya akan mampu meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika. Siswa terbiasa dihadapkan pada masalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan cara jitu dalam menyelesaikan masalah matematika, karena model ini dapat membantu siswa mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir matematis mereka dalam pemecahan masalah.

REFERENSI:

  • Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
  • Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...