Etik Listyowati, S.Pd.
(Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Ngemplak Kabupaten Boyolali Jawa Tengah)
Belajar merupakan proses yang sangat kompleks dan tidak dapat berjalan sendiri serta dipengaruhi oleh berbagai faktor dan situasi disekitarnya. Oleh sebab itu, belajar sangat penting bagi individu untuk memahami faktor-faktor yang dimaksud supaya dapat mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sedemikian hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.
Menurut Muhibbin Syah (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa digolongkan menjadi tiga, yaitu:
- Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). a) Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh atau sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis menyebutkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang dimana faktor psikologis dapat berupa inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
- Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar, digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial. a) Faktor lingkungan sosial meliputi: lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah dan lingkungan sosial siswa. b) Faktor lingkungan non-sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
- Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analitic dan deep), pendekatan rendah (reproductive dan surface).
Faktor-faktor tersebut di atas sangat berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai siswa. Ketiga faktor tersebut bersinergi pada kegiatan pembelajaran untuk meningkat mutu dan hasil pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan komponen-komponen meliputi siswa, guru, isi, tujuan, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi. Utamanya adalah siswa yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Sementara guru yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif
Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas VII sampai kelas IX dan diujikan secara nasional serta nilainya dicantumkan pada SKHUN. Salah satu materi yang diajarkan pada di kelas VII adalah teks deskripsi. Materi ini memerlukan kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa untuk menggali pemahamannya pada materi yang diajarkan guru. Selain itu juga membutuhkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi (Higher Order Thinking Skill) untuk memahaminya dan mampu membuat teks deskripsi sederhana. Siswa perlu berdiskusi dengan teman untuk berbagi pengetahuan atau sumber belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam menyampaikan materi tentang teks deskripsi guru perlu memikirkan suatu strategi yang tepat untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dengan kualitas pembelajaran yang baik, diharapkan siswa mudah menyerap materi yang diajarkan guru dan mampu menulis sebuah teks deskripsi. Alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks deskripsi adalah model pembelajaran Drill.
Menurut Roestiyah (2008) mengatakan bahwa “Model pembelajaran Drill dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari”. Latihan-latihan yang dilakukan diharapkan dapat membuat siswa selalu siap siaga pada saat untuk menggunakan pengetahuan itu dalam mengahadapi masalah. Roestiyah menguraikan tujuan model mengajar latihan bagi siswa, yaitu:
- Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, menggunakan alat/membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olahraga.
- Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
- Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat misal: hujan-banjir; antara tanda huruf dan bunyi –ng –ny dan sebagainya, penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.
Lebih lanjur, Syaiful Sagala (2009) menguraikan tentang kekuatan model pembelajaran Drill sebagai berikut:
- Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan;
- Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaanya;
- Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatios, habitation makes complex movement more automatic.
Kelemahan dari model pembelajaran Drill antara lain adalah:
- Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas;
- Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan;
- Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis, tanpa menggunakan inteligensia;
- Dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih menghapal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.
Untuk mengatasi kelemahan dari model pembelajaran Drill dapat dilakukan dengan memberikan masa latihan relatif harus singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Latihan harus menarik, gembira dan tidak membosankan untuk itu perlu dibandingkan minat instrinsik dan hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi. Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual;
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi teks deskripsi dengan menerapkan model pembelajaran Drill dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru mengawali pembelajaran dengan salam, berdo’a, mengecek kebersihan kelas dan kemudian melakukan presensi siswa yang hadir.
- Guru menanyakan ke siswa materi pertemuan sebelumnya yang belum dipahami siswa dengan benar dan merefleksi materi untuk memberi pengayaan pada siswa.
- Guru memberi apersepsi kepada siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan tentang pengembangan teks deskripsi.
- Selanjutnya siswa diberi materi tentang cara memetakan pengembangan teks deskripsi dengan menerangkan dari hal-hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.
- Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan anggota 4 orang per kelompok secara heterogen.
- Siswa berdiskusi dengan teman-temannya untuk berbagi pengetahuan dan sumber belajar dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pada saat berdiskusi sudah tidak ada kelompok siswa yang banyak bercanda. Semua kelompok serius berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan guru.
- Setelah selesai berdiskusi memecahkan masalah dan mengerjakan tugas, salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas. Guru menunjuk kelompok yang maju ke depan secara acak untuk menjaga konsentrasi siswa.
- Siswa yang lain diminta untuk menanggapi presentasi teman yang maju ke depan kelas. Pada saat kegiatan presentasi, sudah banyak siswa yang berani memberi tanggapan dan beradu argumen mempertahankan pendapatnya.
- Selesai mengkomunikasikan hasil diskusi ke depan, siswa diminta menyimpulkan materi berdasarkan kegiatan belajar yang telah dilakukan dengan bantuan guru sekaligus memberikan penguatan materi hari ini.
- Setelah materi selesai, guru menyampaikan kepada siswa bahwa akan diadakan tes.
Dengan penerapan model pembelajaran Drill yang dilakukan guru dapat meningkatkaan kemampuan siswa dalam menyusun teks deskripsi. Selama kegiatan pembelajaran terlihat siswa menjadi lebih berkonsentrasi, bersemangat dan aktif sehingga lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selama bekerja kelompok, siswa sudah banyak yang menyadari pentingnya berbagi ilmu dan berpikir bersama untuk menyelesaikan tugas dari guru.
SUMBER REFERENSI
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa.
Roestiyah N.K,. 2008. Strategi Belajar Mengajar cetakan ke-7. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar